Rabu, 25 Juni 2014

debat prabowo dan jokowi pada putaran ke tiga

Jalannya debat calon presiden yang digelar Komisi Pemilihan Umum ( KPU ) untuk ketiga kalinya berjalan lancar. Suasana debat yang mengambil tema politik luar negeri dan ketahanan nasional semakin cair dan penuh 'jual beli' gagasan dan ide antara Prabowo Subianto dengan Joko Widodo .

Pengamat komunikasi politik dari Pascasarjana Universitas Indonesia (UI) Ari Junaedi yang intens mengamati tiga debat oleh KPU dan satu debat lagi di Kadin ini berpendapat bahwa preferensi politik kelompok swing voters akan sedikit goyah dengan melihat tampilan Prabowo atau Jokowi.

Yang terpana dengan gaya retorika atau intonasi, tentu akan berpaling kepada Prabowo. Sebaliknya yang terpikat dengan uraian-uraian sederhana dan logis tentu akan memilih Jokowi.

"Terus terang saya agak sedikit gamang melihat jawaban-jawaban Prabowo yang selalu membenarkan komentar Jokowi. Kurang lebih ada tiga terutama soal perlindungan TKI, penggunaan produk persenjataan dalam negeri serta hubungan Indonesia dengan Australia dari Jokowi yang selalu disetujui oleh Prabowo. Artinya, pendapat Jokowi dijadikan follower oleh Prabowo. Esensi debat adalah mempertahankan pendapat dan menggugat kebenaran pendapat pihak lain. Jadi saya tetap konsisten menilai jalannya debat tetap dimenangkan oleh Jokowi," ujar Ari Junaedi kepada merdeka.com, Senin (23/6).

Untuk menilai debat ketiga ini, Ari menggunakan indikator debat antar capres di Amerika Serikat tahun 2012, para juri independen kerap memakai linguistic style index yakni penilaian 12 kriteria untuk menentukan keunggulan masing-masing capres. Indikator-indikator tersebut; talkactiveness, individualism, directness, colletivism, insight, perceptual, quantitative, achievment, causation, thinking, sophistication, dan certanty.

"Kali ini Jokowi leading di 8 aspek sedangkan sisanya milik Prabowo. Prabowo tidak pernah lepas membela kepentingan SBY seperti kebijakan luar negerinya yang bersifat soft power namun di sisi lain berulang kali Prabowo menyebut kebocoran, kebocoran dan kebocoran. Prabowo juga kurang tepat soal argumentasi pembelian tank Leopard padahal jelas-jelas jenis main battle tank ini tidak cocok dengan kondisi jalan dan alam tanah air," paparnya.

Arie menambahkan, seharusnya Prabowo unggul di bidang pertahanan yang dikuasai, namun dalam debat semalam, kali ini apa boleh masih milik Jokowi. "Pendapat saya ini bisa dipertanggungjawabkan secara akademis. Sehingga A akan saya katakan A dan E akan saya sebut E," timpal Ari Junaedi yang juga kerap menjadi dosen tamu di sejumlah perguruan tinggi, institusi dan lembaga baik di dalam maupun di luar negeri ini.

Menurut peraih penghargaan "World Customs Organization Sertificate of Merit 2014 " ini, Jokowi cukup cerdik menyinggung perlindungan TKI dan pengakuan Palestina sebagai negara berdaulat di awal debat.

"Padahal di partai koalisi pendukung Prabowo-Hatta banyak yang berasal dari partai Islam seperti PKS , PPP atau PAN, kenapa masalah Palestina luput dari saran dan masukan tim sukses untuk Prabowo ya? Poin ini menurut penilaian saya seperti penyengat kemenangan Jokowi di debat kali ini," ungkap penulis disertasi Pelarian Politik tragedi 1965 di Mancanegara ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar